Jombang – Menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang, Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (Bawaslu RI) menggandeng Pondok Pesantren Tebuireng untuk menyelenggarakan acara Festival Pengawasan Lintas Iman (FPLI) yang bertempat di Ponpes Tebuireng, Jombang, Sabtu (04/08/2018).
Anggota Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Divisi Pengawasan dan Sosialisasi, Mochammad Afifuddin mengatakan, usaha yang saat ini sedang dilakukan Bawaslu, yakni meminta para tokoh lintas iman untuk ikut serta memberi pengertian dan pengawasan yang baik kepada para jamaahnya terkait Pemilu.

“Bawaslu merasa, peran tokoh agama itu penting. Kami ingin keterlibatan tokoh agama dalam pengawasan pemilu mendatang,” ungkap Afifuddin dalam sambutannya di Ponpes Tebuireng, Jombang, Sabtu (04/08/2018).
Menurutnya, ada tiga hal penting yang tidak bisa dipisahkan oleh Bawaslu dalam penyelenggaraan, peserta, dan pemilih. Kemudian M Afifuddin juga menjelaskan tentang kewenangan Bawaslu, dengan melakukan pencegahan, mengawasi tahapan, dan penindakan. Dalam menggandeng para tokoh agama untuk ikut acara tersebut, pihaknya bisa melihat proses pengawasan pemilu 2019 mendatang hingga tercipta Pemilu yang aman, damai, dan sesuai harapan.
“Kalau salah satu dari ketiga hal itu gak ada, gak ada pemilihan umum. Kita harus tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan tokoh agama agar bisa menyampaikan dengan baik terhadap para jamaahnya untuk menghadapi Pemilu mendatang,” jelasnya.
Selanjutnya, Afifuddin sengaja mengadakan kegiatan di Ponpes Tebuireng, Jombang. Dikarenakan, tempat yang tepat sebagai simbol Toleransi antar umat beragama. “Sumbangsih dari tokoh agama sangat penting, untuk membantu antisipasi munculnya isu SARA dalam Pemilu 2019,” paparnya.
Dalam Festival Pengawasan Lintas Iman ini, dihadiri oleh para tokoh lintas agama diantaranya dari, perwakilan Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Wu Chu. Acara tersebut digelar di halaman depan masjid dalem Ponpes Tebuireng. Kemudian, selain tokoh lintas agama, acara juga dihadiri oleh Dandim 0814/Jombang, Kapolres Jombang, Banwaslu Kabupaten, Perwakilan Ormas Lintas Agama, Muspika dan Muspida.
Selain itu, KH Fahmi Amrullah selaku perwakilan testimoni umat Islam menyampaikan, perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk membangun persatuan. Justru isu SARA yang dapat menghancurkan persatuan dalam momentum pemilu dapat diantisipasi dengan peran serta tokoh lintas agama. “Isu SARA dalam Momentum Pemilu dapat diantisipasi pengawasan dari tokoh lintas agama,” terang Gus Fahmi yang juga sebagai Pengasuh Ponpes Putri Tebuireng, Jombang.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Sholahuddin Wahid menambahkan, terjadinya isu SARA biasanya dilatarbelakangi oleh fitnah atau informasi yang kurang benar sehingga dapat disaring terlebih dahulu dan dikonsumsi dengan mentah oleh pembaca atau pendengar. Sementara itu, tokoh agamanya lambat mengantisipasi perkembangan info Hoax tersebut. “Isu sara biasa muncul dilatarbelakangi oleh informasi tidak benar, yang disebut berita Hoax,” tegasnya.
Gus Sholah juga menghimbaukan, khususnya dilingkungan Pesantren Tebuireng agar tidak mudah membagikan berita yang tersebar masif di media sosial, terutama WhatsApp. “Para ustadz dan ustadzah di Tebuireng, saya berharap agar bisa menahan diri untuk tidak membagikan berita di grup Whatsaap yang belum tentu kebenarannya (hoaks). Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang tidak kita sadari bisa melanggar hukum,” pungkasnya.
Reporter : Taufiqur Rachman
Komentar